Sepatumerah : kumpulan artikel yang dipublikasi

..ehm, belum semua sih :"> - masih harus membongkar-bongkar komputer untuk nemuin file tulisan yang lainnya.

Tuesday, August 22, 2006

BERHUBUNGAN SEKSUAL SAAT HAMIL, KENAPA NGGAK?

Tentang Seksualitas dalam Kehamilan.

“Huh? Bercinta saat hamil? Memang boleh?” Alis sahabat saya semasa SMU terangkat ketika topik ini diajukan pada reuni terakhir kami, beberapa minggu yang lalu. Saat ini, sahabat saya sedang hamil muda dan ini kehamilan pertamanya. Yang lain langsung riuh menimpali; saya sebagai si lajang yang sangat awam dalam soal hamil-menghamil memilih diam dan memposisikan diri sebagai pendengar yang budiman.

“Kebutuhan akan hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas adalah hal yang sangat natural, manusiawi.” Seru sahabat saya yang kebetulan lulusan fakultas kedokteran. Kami kerap menyebutnya sebagai ‘Ibu Dokter’.

Sambil bercanda, Ibu dokter yang sudah memiliki anak ini berkata, bahwa kebanyakan pria (suami) malah akan lebih sering ‘nagih’, ini semua karena perubahan fisik perempuan (istri) yang sedang hamil, dianggap sangat menggairahkan.

Ia menjelaskan bahwa sebenarnya, dalam masa kehamilan terjadi perubahan-perubahan hormon yang mempengaruhi perubahan fisik, yang pada akhirnya akan membuat seks menjadi sesuatu yang jauh lebih menyenangkan, contohnya adalah meningkatnya jumlah lubrikan pada vagina – sehingga bukannya tidak mungkin, seorang perempuan jika berhubungan seksual akan mencapai orgasme bahkan multiple orgasm.

“Jadi berhubungan seksual itu nggak diharamkan kok, selama hamil.” Bu Dokter tersenyum.

“Pengen sih pengen.. tapi ngeri… takut kenapa-napa si Adek ini.” Sahut teman saya sambil mengelus perutnya yang belum tampak membuncit.

“Iya sih, di sisi lain, ada juga hal-hal emosional yang dapat mempengaruhi kualitas dari hubungan seksual pasangan; seperti ketakutan akan melukai janin, ketakutan akan kelahiran premature, rasa pusing dan mual yang mengganggu. Pokoknya, yang penting, tanyakan pada dokter kandungan yang bersangkutan untuk memastikan kesehatan dari kehamilan.Pastinya, biar pun kata dokter kandungan boleh, tetap ada rambu-rambu yang harus diperhatikan.”

Hubungan seks tidak boleh dilakukan pada saat seorang perempuan dinyatakan positif hamil, orgasme dilarang sampai minggu ke-15. Selain itu ada lagi beberapa rambu lain :

Memiliki sejarah melahirkan secara premature atau keguguran.
Placenta Previa (Posisi plasenta menuntupi cervix)
Ketuban telah pecah.
Sedang mengalami pendarahan.
Sang perempuan atau partnernya memiliki penyakit seksual menular aktif.
“Kalau ternyata gua bermasalah dan nggak boleh berhubungan seksual sama sekali? Kasian juga laki gua…”

“Kenapa juga kalau ngomongin soal hubungan seksual, yang terlintas pasti selalu sexual intercourse doang?. Pokoknya yang penting komunikasi. Pun kalau sebenarnya kalian boleh berhubungan seksual, tapi elunya ngerasa nggak nyaman, ya sampaikan aja, kenapa lu ngerasa kayak gitu – dan kalian berdua bisa nyoba nyari solusi. Kreatif dong, gunain cara lain.”

“Cara lain?”

“Yup, seperti mutual masturbation, misalnya.. atau apa lah.”

“Hm.”

Yang lain mendengarkan dengan seksama.

“Kalau ternyata memang boleh berhubungan seksual, memangnya bisa, secara perut perempuannya membuncit?” tanya saya mendadak. Semua mata memandang saya dengan tatapan meledek.

Ehm, boleh dong, untuk pengetahuan di masa depan saat saya nanti ehm – hamil?

Ibu Dokter menjelaskan ada beberapa posisi berhubungan seksual yang bisa di’praktek’an selama masa kehamilan. Posisi perempuan di atas, yang memungkinkan perempuan untuk mengendalikan dalamnya penetrasi serta cepat lambatnya gerakan. Posisi ini cukup aman untuk dilakukan sepanjang masa kehamilan. Posisi spooning, nama posisi ini diambil dari bagaimana sendok disusun saling menempel dengan arah yang sama di dalam lemari tempat sendok, yang terbaik adalah dengan posisi menyamping dan sang pria berada di belakang, hal ini untuk menghindari tekanan pada abdomen. Edge of The Bed, di mana posisi perempuan berada di tepi tempat tidur dengan kaki menjejak lantai, ini juga menghindari tekanan pada abdomen.”

Saya hanya menyimak. Sahabat saya yang sedang hamil mengangguk-angguk.

“Yang jelas, bagaimana pun posisinya, harus dilakukan secara perlahan dan berhati-hati.” Begitu kata bu Dokter menutup penjelasannya.

“Hm, untung gua ketemu elunya sekarang ya, Bu Dokter.” Sahabat saya menyeringai,”Nyaris aja gua mutusin no sex at all, selama kehamilan.” Cetus sahabat saya yang sedang hamil itu.

“Melegakan?”

“Banget.” Ia tersenyum.

(Artikel untuk Elsemagz)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home